
Antartika Media Indonesia – Aksi pembobolan tembok Gedung Gereja Indonesia Kegerakan (IRC) yang berlokasi di Jalan Setia Budi Gg. Rahmat No. 7 Medan sempat menimbulkan lubang dengan kerusakan yg dinilai cukup berat berhasil diamankan setelah jemaat dan aparat kepolisian tiba di lokasi. Kejadian yang terjadi pada Jumat siang ini sempat memicu ketegangan di lingkungan sekitar.
Tiga pria berinisial DA, FF, dan MTJ diketahui melakukan pengrusakan menggunakan martil besar. Aksi mereka dikoordinir oleh seorang pria bertubuh gemuk dan berkulit gelap berinisial GP, yang mengaku sebagai jurnalis. GP diduga berperan sebagai koordinator lapangan dalam pembobolan tersebut.
Saat kejadian berlangsung, sejumlah jemaat IRC yang sedang berada di dalam gereja, bersama jajaran pengurus dan personil Polsek Sunggal yang tengah mengadakan rapat koordinasi, segera menuju lokasi. Melihat kedatangan massa dan pihak kepolisian, ketiga pelaku sempat mundur.
Namun, GP kembali mendorong ketiga pelaku untuk melanjutkan aksi pembobolan. Upaya tersebut gagal karena kehadiran aparat keamanan dan pengurus Badan Kerjasama Antar Gereja (BKAG) Sumatera Utara.
Tak lama kemudian, GTM tiba di lokasi dan diduga mencoba memprovokasi keadaan dengan menyuruh para pelaku kembali melanjutkan pembobolan. Bahkan perintah ini diulang hingga tiga kali, namun ketiga pelaku menolak karena situasi sudah dikendalikan personel Polsek Sunggal. Berdasarkan informasi di lapangan, CSPM bersama GTM diduga sebagai otak yang merancang aksi pembobolan ini.
Kapolsek Sunggal, Kompol Bambang G. Hutabarat, SH., MH., turun langsung ke TKP untuk meredakan ketegangan dan mengamankan ketiga pelaku ke Mapolsek Sunggal untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Setelah kejadian, Kapolsek menyarankan kepada Pendeta Dr. Asaf T. Marpaung beserta saksi untuk membuat laporan resmi ke Polrestabes Medan. Laporan tersebut pun segera dilayangkan bersama beberapa jemaat gereja sebagai saksi.
Menariknya, insiden pembobolan ini bukan kali pertama terjadi di Gereja IRC. Berdasarkan catatan, aksi serupa telah terjadi pada tahun 2018 dan 2020 dengan pelaku lapangan yang berbeda-beda. Namun, pihak gereja dan pengurus BKAG Sumatera Utara menegaskan bahwa dalang intelektual di balik ketiga insiden ini tetaplah orang yang sama, yaitu CSPM dan GTM.

DPW Bina Kerjasama Antar Generasi (BKAG) Sumatera Utara menyayangkan keras kejadian ini. Ketua DPW BKAG Sumut, Dedy Richardus Sihombing, menyampaikan keprihatinannya atas insiden tersebut dan menegaskan komitmen BKAG untuk mengawal proses hukum hingga tuntas.
“Kami sangat menyesalkan tindakan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab ini. Tindakan pembobolan terhadap rumah ibadah adalah bentuk perusakan dan intimidasi yang tidak bisa ditoleransi. BKAG Sumut akan terus mengawal kasus ini hingga ada kepastian hukum dan keadilan ditegakkan,” ujar Dedy Richardus Sihombing.
Hingga berita ini diturunkan, motif pembobolan dan dugaan keterlibatan pihak-pihak lain masih dalam penyelidikan oleh aparat kepolisian. (*Red)