Jakarta, mediaantartika.id – Peta jalan Indonesia digital telah diumumkan, mengandung pedoman strategis yang bertujuan untuk memfasilitasi transformasi digital di empat sektor ekonomi digital. Transformasi ini membutuhkan dukungan sumber daya manusia digital, teknologi penunjang, serta riset dan inovasi.
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan peta jalan ini adalah pembangunan Base Transceiver Station (BTS) dengan target operasi sebanyak 5.200 BTS, disertai dengan kapasitas satelit mencapai 117 Gbps. Upaya pemerintah untuk mencapai target ini akan menjadi langkah penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi digital.
Namun, tidak semua sektor mampu mengejar transformasi digital dengan mudah. Contohnya, UKM seperti Jenang Mubarok, yang sudah berdiri sejak 1910 di Desa Kaliputu, Jawa Timur, harus menyesuaikan diri dengan era digital. Mereka telah memanfaatkan teknologi penunjang seperti jaringan internet, e-commerce, media sosial, dan pembuatan konten sebagai upaya digitalisasi selama pandemi.
Heru Sutadi, Pengamat Ekonomi Digital, meragukan kemampuan UMKM untuk mendukung prediksi Google Temasek, mengingat kekurangan teknologi penunjang di Indonesia.
Namun, Direktur Eksekutif Core, Mohammad Faisal, melihat potensi besar Indonesia dalam mengembangkan ekonomi digital, sejalan dengan prediksi Google Temasek.
Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahadiansyah, juga memberikan pandangannya tentang pengembangan perekonomian digital.
Sementara itu, Menteri Koperasi dan Usaha Menengah, Teten Masduki, menyatakan bahwa pemerintah belum sepenuhnya siap untuk beralih ke ekonomi digital. Namun, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyadari perlunya membangun sumber daya manusia digital untuk mencapai swastanisasi.
Dalam menyikapi tantangan ini, Dave Laksono, anggota Komisi I DPR, mengusulkan bahwa pengembangan sumber daya manusia harus tetap menjadi fokus sejalan dengan peta jalan Indonesia digital, dan regulasi yang sesuai harus disiapkan untuk mendukung perubahan ini.
(Jay/Red)
