
Jakarta, Antartika Media Indonesia – Ketua Umum Aliansi Anti Narkoba dan Tindak Korupsi Anggaran (ANTARTIKA), Ramses Sitorus, mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai oknum yang mengatasnamakan aliansi rakyat dalam menyebarkan ujaran kebencian terhadap Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ia menilai, kelompok ini diduga kuat masih belum bisa menerima kekalahan politik dan kini mencoba menggiring opini negatif terkait revisi Undang-Undang TNI.
“Kami melihat ada kelompok yang berupaya mendiskreditkan TNI dengan dalih demokrasi dan hak asasi manusia. Mereka terus menyebarkan narasi yang memecah belah, seolah-olah revisi UU TNI adalah ancaman bagi masyarakat. Padahal, jika kita telaah lebih jauh, ada agenda tersembunyi di balik penolakan ini,” ujar Ramses di Jakarta, Kamis (21/3).
Menurutnya, upaya menolak revisi UU TNI justru bisa menjadi bumerang bagi demokrasi. Sebab, banyak pihak yang kemudian menggiring opini bahwa pemerintah ingin mengembalikan dwi fungsi ABRI seperti di masa lalu. Hal ini, kata Ramses, adalah strategi licik untuk menakut-nakuti rakyat dan mengadu domba TNI dengan masyarakat.
“Kita harus hati-hati dengan narasi yang mencoba menghidupkan kembali isu dwi fungsi ABRI. Padahal, substansi dari revisi UU TNI adalah memperkuat profesionalisme TNI sesuai dengan tuntutan zaman, bukan untuk mengembalikan peran militer dalam politik,” tegasnya.
Dalam pandangan Ramses, kritik terhadap pemerintah harus bersifat konstruktif dan disertai solusi. Ia mengingatkan bahwa demokrasi bukan berarti bebas menebar kebencian atau mengajak rakyat untuk menolak kebijakan tanpa alasan yang jelas.
“Jika memang ada hal yang perlu dikritisi dalam revisi UU TNI, sampaikan dengan argumentasi yang logis dan solutif. Jangan malah membangun narasi bahwa pemerintah ingin melemahkan demokrasi atau mengembalikan otoritarianisme. Ini adalah bentuk provokasi yang berbahaya,” tambahnya.
Di akhir pernyataannya, Ramses mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersikap bijak dalam menanggapi isu-isu strategis terkait TNI dan pemerintahan. “Mari kita jaga persatuan dan jangan mudah terprovokasi oleh pihak yang ingin membuat bangsa ini terpecah belah. Kita harus membangun Indonesia dengan diskusi yang sehat, bukan dengan fitnah dan propaganda,” Ujarnya. (Red)